Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Aku, Lentera, dan Nenek

Aku masih ingat dengan sebuah hari. Tentang Aku, Lentera, dan Nenek. Hampir setiap malam sebelum Aku tidur, Nenek selalu melakukan royong . Ia berbaring menghadapkan tubuhnya keatap rumah, sambil menepuk-nepuk punggung dan bokongku. Hal yang cukup ampuh untuk memudahkanku menuju alam baru, mimpi. Namun malam itu tidak, sepertinya senjata Nenek agak tumpul untuk mengalahkanku, mengalahkan imajinasi seorang gadis kecil berumur tujuh tahun sepertiku. Mungkin hal itulah yang memotivasi Nenek untuk mendongeng. Tapi dongeng yang Nenenk ceritakan malam itu berbeda. Aku pikir itu mengerikan. Bagaimana tidak? gadis polos yang semestinya disuguhi cerita tentang kancil, kisah seekor siput dan kelinci, atau mengenai singa si raja hutan. Justru ia menceritakan tentang perihnya peperangan zaman dahulu. Tentang sebuah kematian. Kejamnya para penjajah yang katanya memiliki kulit yang jauh lebih terang daripadaku. Memenggal kepala, memotong tangan, mengiris-iris wajah dengan silet, lalu dimasu